Kapal titanic akan tenggelam, semua
orang panic ingin mencari keselamatan untuk diri sendiri dan atau untuk orang
lain. Memegang tonggak kapal sembari tepekik-pekik dengan emosi yang memuncak.
Agama sangat difungsikan untuk mengingat tuhan, meminta tolong kepada tuhan,
meminta ampun kepada tuhan, mengingat dosa pada tuhan. Ada pula yang mengingat
kenangan dan segala memori indah masa lalu. Ada juga yang meminta hidup karena
ada cita-citanya yang belum terwujud.
Itulah film yang saya tonton saat masih
Sekolah menengah, kira-kira delapan belas tahun lalu. Saat itu saya tinggal di
pasar Kelapa kota Dumai. Tempat yang membuat lingkungan menjadi kasar, putus
sekolah dan berbahaya buat anak-anak; karena merusak mental edukasi. Namun
orang tua saya masi mencari nafkah
sampai saat ini dari tahun 80-an meskipun sudah pindah rumah di bukittimah kota
Dumai.
Bicara soal kapal yang akan tenggelam
mengingat saya akan teman Lombok pada beberapa hari lalu di Singapura, katanya
ingin berbuat terbaik bagi bangsa Indonesia dengan cara menolong. Bagaimana
filosofi menolong? jika sanggup seluruhnya tolonglah orang seisi kapal. Jika
tidak bisa setengah orang di kapal, jika tidak bisa seperempat orang di kapal.
Atau semampu kita menolong. Tidak mampu menolong se-Indonesia, se-Propinsi,
se-Kabupaten/kota, se-kecamatan, se-kelurahan, se-RT. Jika tak mampu menolong;
tolonglah satu keluarga,
Kata teman Lombok: apa yang bisa saya
tolong saat tinggal di luar negeri? salah
satunya bisa membawa keluarga/teman ke
luar negeri. symbol anak bangsa pergi ke luar negeri adalah symbol percaya
diri, tepatnya menambah kepercayaan diri bagi anak bangsa dalam pergaulan. Pun
dalam menambah wawasan dan pengetahuan. Orang-orang pergi ke luar negeri adalah
orang yang “buta” terhadap suatu lokasi di Negara yang dikunjungi. Meskipun teknologi
canggih, tetap saja ada kesalahan/tersesat pada orang yang baru mengunjungi
daerah di luar negeri itulah pengalaman kami keesokan tanpa teman Lombok. Karena
waktu itu kami ingin mandiri pula naik mrt.
Orang-orang yang tersesat/salah pada
lingkungan baru di luar negeri itu yang disebut tenggelam di tengah lautan
didalam kapal. Setidaknya bisa menolong orang terdekat dengan kita, pada saat
kita dalam keadaan aman, merupakan kebaikan, kebermanfaatan dan kemanusiaan
bagi peradaban yang mulia.
Saya termasuk orang tersesat di negeri
asing yang jika berjalan, langkahnya besar-besar. Jika berbicara banyak
menggunakan bahasa inggris. Jika kita belanja relative mahal. Dan pada saat
saya buta di negeri orang, saya dibantu oleh teman Lombok.
Waktu itu saya baru sampai di Singapura
sekitar 18.35 waktu setempat, 25 Desember 2015, kami di jemput di depan pintu
pelabuhan singapura. Teman Lombok menyambut kami dengan rasa persahabatan seperti
kawan lama dan terasa supel. Kami di bawa langsung ke mesin pembelian tiket
mrt, agak susah menggunakan uang manager perjalananku (istri saya). Karena susah,
teman Lombok menggunakan uangnya sepertinya
uang orang yang tinggal di singapura berlaku. Masing-masing kami
mendapatkan tiket mrt. semua jadi lancar untuk bisa berurusan dengan
transportasi ke rumahnya.
Dari mesin tiket mrt keluar seperti
kartu bergambar dari kertas, kemudian kartu itu ditempelkan ke scanner mesin penjaga tiket. Cara kerja kartu
itu supaya orang yang memiliki kartu bisa lewat di pintu selebar badan manusia.
Saat kartu di scan pintu akan terbuka. Pintu itu pun tersistem, berapa kali
boleh terbuka sesuai permintaan yang kita lakukan di mesin pembelian tiket mrt.
Apa yang dilakukan teman lombok, kami hanya diam dan berpikir sambil setelah
itu mendengarkan penjelasan tentang keadaaan di singapura dan tentang keadaan
sepanjang jalan yang kami tempuh di sekitar menuju mrt. Kalau tak salah kami
dua kali naik mrt dari pelabuhan singapura ke jurong east 13 tempat dia
tinggal.
Apa yang saya lihat sepanjang perjalanan
menuju ke rumah teman Lombok di singapura adalah sikap bekerja sesuai waktu,
budaya antrean, memberi kesempatan kepada yang lemah, berbahasa English sejak usia
anak-anak.
Kami sampai di stasiun jurong east. Tiket
mrt di scan kembali untuk bisa keluar dari stasiun jurong east. Kami di bawa
turun dengan eskalator yang curam ke bawah, tinggi dan berbahaya buat anak-anak
kami; dan harus kami pegang erat-erat putra putri kami. Sampai kami di bawah
kami disarankan teman Lombok untuk membeli makan malam yaitu makan chicken rise termurah di singapura seharga
2 dolar singapura sebanyak lima bungkus. Nasi itu rasaya seperti nasi uduk di
Indonesia, secuil potongan ayam goreng, dengan rasa yang cukup sederhana tapi
masih bergizi lah.
Dari stasiun mrt jurong east kami
berjalan kaki, sekira setengah kilo meter kami berjalan. Sepanjang jalan kami
melihat budaya orang singapura, jika lampu merah meskipun tidak ada orang
menggunakan jalan, mereka tetap patuh dengan lampu merah, tetap berhenti baik
kendaraan bermotor maupun pejalan kaki.
Sampailah kami di block 102, kami akan
menuju lantai 5 nomor 152 dengan menggunakan lift, kami pun dengan segera di
lantai 5 sedikit berjalan sampai pula di nomor 152 di rumah sewa teman Lombok.
Kami di sambut dengan sikap “welcome”, bersahabat, bersahaja, dan
kooperatif dalam memberikan bantuan informasi berada di rumah sewa seharga 24
juta rupiah sebulan. Berapa gaji teman Lombok sebagai dosen di singapura? Saya segan
menanyakan sampai saat ini.
Sekarang jam 11.27 malam waktu Indonesia
bagian barat, 29 Desember 2015 Saat saya tulis tulisan ini saya belum rehat padahal baru sampai dari Melaka sekitar
tujuh jam lalu. Melaka merupakan destinasi wisata liburan kami yang di mulai
Dumai-Batam-Singapura-Johor Bahru-Kuala lumpur-Melaka. Semuanya satu malam tiap
daerah yang kami lalui.
Jika
tulisan ini tidak di tulis mungkin saja terlupakan untuk di tulis. Mata sudah capek seperti diskusi kami di rumah
teman Lombok, sampai saatnya teman Lombok mengakhiri diskusi Inspiratif dengan
mematikan lampu untuk menyuruhku rehat.
Tulisan ini saya akhiri dengan kata
bahwa teman Lombok sudah membuktikan sebagai Indonesia yang bersahabat. Mau berbagi
penginapan gratis buat orang Indonesia, mau berbagi pengalaman, berbagi waktu, berbagi internet, berbagi media
untuk mengabadikan kegiatan kami di merlion disebabkan low battery handphone
kami, berbagi ilmu, berbagi sarapan, makan dan minum, mau dibuat susah dan mau
menerima tamu.
Dengan segera saya kirim pesan pada kick
Andy untuk dijadikan hero ala kick andy. surat elektronik ke kemendikbud dan
kemenristek dikti akan saya buat dengan segera semoga menjadi perhatian pula
buat tipikal dosen seperti teman Lombok ini. Bisa saja suatu saat di luar
negeri ada perkumpulan rumah inap buat wni yang singgah di luar dengan biaya
pemerintah. Bisa jadi dimulai dari pendidik, sampai seluruh wni di luar negeri
agar wni di luar nyaman berada di negeri orang. Banyak cara menyelamatkan orang
dari “tragedy kapal titanic” salah satu
cara yang dilakukan oleh teman Lombok. Semoga cara yang dilakukan teman Lombok
kepada kami sekeluarga menjadi salah
satu jalan menuju surge. Amien.