Menerima dari siswa itu berat
Pada tengah bulan February 2011, Ns siswaku minta izin ikut lomba MTQ se karyawan perusahaan ternama di Riau. Pulang dari situ dia kabari aku dia juara III, aku turut bangga karena mendapatkan kabar baik itu.
Pada saat belajar jam pelajaran aku, abis jadwal Ns memberikan bingkisan. Pak, ini dari Mama. aku jawab terima kasih.
Pada tanggal tujuh maret 2011, Ns tak datang pada jam aku, dalam pikiran sudah jelek aja. Biasanya Ns selalu beri kabar kalau tidak datang. Apa karena sudah beri bingkisan kemudian anggap remeh.
Lain lagi cerita Kh. Siswa hitam manis pengurus keuangan. Paling sering memberi bingkisan berupa kue. Kalau tak salah sudah 3 kali. Tapi pada saat aku memberikan point kesalahan yang aku masukkan dalam buku catatan, sejak itu Kh kurang ramah dan kurang bersahabat.
Lain lagi cerita aku minta tolong...
pada saat kemarin aku mau membantu adik sepupuku untuk bekerja di PT Wr, mau tak mau aku manfaatkan jasa siswaku bernama Qa, kabarnya bapak Qa orang sukses di PT Wr. Semoga tidak mempersulit dalam menerima tenaga kerja. Itulah doaku.
Saat kuberikan surat lamaran.. ada rasa rendah diri tapi tetap berharap. Qa berkata: Insya Allah ya Pak..
ya jawabku dan terimakasih.
Semua cerita di atas dan semua perlakuan itu akhirnya bermuara kepada nilai dan sikap yang diterima di raportnya. Bagaimana komunikasi saling menguntungkan ini berlangsung? Apakah ini bukan politik balas budi seperti yang dibuat Belanda di Indonesia.
Apa yang ku minta adalah pada saat pertolongan kemanusiaan, tolonglah. Pada saat kebenaran harus ditegakkan. Tegakkan semampu iman. Pada saat ketegasan harus ada, jangan pura-pura tak tahu.
Jam 2.20 di laptopku yang baru ganti hardisk
di Bukit Timah Km 3 dumai-riau
No comments:
Post a Comment