Wednesday, September 17, 2014
Dare to live a great school class
Many things can be in school in addition to science, friends, how to think and how to protect yourself from others in the neighborhood. No one was exactly get a choice of science. Because the school made it to it. This way of thinking along with the knowledge acquired learners. While protecting themselves from others due to factors how learners adapt and how students understand the greatness in him. In this paper the authors focus on how learners in science and risk getting the live class.
Many of the costs incurred by the parents from waking up to their home school. Transportation costs, living expenses and unexpected costs of school when there is a task of the school. But the cost is not an obstacle for some older people as a social creature parents want their children like other people that get education and science mendapakatkan so smart in all areas or specific areas. And even children take part in the lessons, courses, private lessons in schools to consolidate.
All costs incurred by the parents to the deal said that his son be smart, able and capable of the desired field. The problem is how the quality of education that should be applied easily even be difficult and obtained by learners.
Private schools sought
By the time we were a group of school sma n 1 Dumai Sutomo study visits to school, school to get an Olympic medal ipa many national and international levels; In 2012, the author was amazed at the sentences pronounced by the principal Sutomo Medan.
"Our son never followed tutoring, private, or courses for graduation of students in national exams, because we have to select the students of class X (ten). Every year in every class x we left the students as much as about 15 people from 40 students in each class there. So in class XI (eleven) learners are learners who are competent in the field of mental and mind. Initially we lose students but over time as our school achievement (due to filtering since the class X) in almost all areas of our school is always looking for the parents. "
The school principal gave us time to ask. Our question is: bu, how smart and talented learners in the fields of physics, but weak in the field of Indonesian? The school principal is simple to answer our questions.
"Every student should have the skills that they do not own, if and talented experts in the field of physics and field Indonesian weak we can not tolerate weakness. There is no forcing people to be physicists and or assisted another field value. Despite its physical value 100 if the value of the 50 Indonesian language is acceptable consequences learners on weaknesses in the field. "
That belief principals to maintain the quality of schools in the field of knowledge. If students can not afford no strings attached right left right school students. There is no fear on the decision of the school term. As happened in Sulawesi in 2011.
Leaving learners phenomenon
Many fear factor to make the decision to leave school students, among others:
1 Students behave well, polite, always present, always pay dues in school and not criminal and to comply with school rules.
2 Learners existing family relationships, relationships and relationship official positions in the area.
3 Learners have much to contribute materially in school. Examples of school supplies assistance, school infrastructures, ball field, art instruments and help advance the school's physical form.
4 Students who live classes are considered teacher / school is not able to teach learners. So there is no courage left school long learners in a class called simalakama. Abandoned means that the teacher has not really provide learning. Promoted wrong because students are not at capacity in terms of ability.
Quality standards is not the same as the corresponding original grade
According to Philip B. Crosby defines quality as conformance to what is required or standardized (conformance to requirements) - source: http://aldialbani.blogspot.com/2013/01/teori-kualitasmutu.html#sthash.BaX2ZFIk.dpuf
Quality should be preserved, not retaining students who are not able to continue learning. Because many students who live class but good future. Call it Rhenald Kasali once lived toward a class of 5th grade 6th grade Raharso andreas Likewise, the Albert Einstein, Adam Khoo national trainer of Singapore rejected by a lot of pcu in singapore.
So also Aristotle Onassis who often gets very bottom rank in class, grade and is now a stay miliyuner. Bill Gates the richest man in the world's No. 1 from 1995 to 2007 has also been issued for not able to in the lecture.
Thus among the class of people who ever lived, but we can see how important the mental learning value of the value and the high point on the learner. Mental learning in leaving learners is to provide education that responsibility, on time, honesty and courage to bear the risk is fundamental in running this life to what was envisioned.
Educational responsibility means any agreement containing a consequence, the right education means that every time the issue should be obtained and given completed in the specified time. Honesty means that every issue facing lived with honest value despite the bitter consequences. Of all forms of mentality is worth the risk, if any step then consequently get a low score and ended up staying the class. Similarly, the problems faced in schools in the form of multiple choice questions and essays. And if in life become endless problems faced by humans.
Finally, the school as a place of formal education for students should provide good mental and learning correct. If students are not able to run in the form of questions and problems in the form of a miniature life then the school must have the courage to leave for the sake of future learners challenging. Like what is experienced by the characters mentioned above. Because learning mental world figures to be a perennial all-time great. Be bold leaves school students, because not all one hundred percent capable learners through all the issues of life. For the sake of leading a normal life should schools teach live classes that are part of a long journey towards a maturing learners.
Google Terjemahan untuk Bisnis:Perangkat Penerjemah
Sekolah hebat berani tinggal kelas
Banyak
hal yang di dapat di bangku sekolah selain ilmu pengetahuan, teman, cara
berpikir dan cara melindungi diri dari orang lain di lingkungan. No satu
pilihan itu tepatnya mendapatkan ilmu pengetahuan. Karena sekolah dibuat memang
untuk itu. Cara berpikir seiring dengan ilmu yang diperoleh peserta didik. Sedangkan
melindungi diri dari orang lain disebabkan faktor bagaimana peserta didik
beradaptasi dan bagaimana peserta didik memahami kehebatan di dalam
dirinya. Dalam tulisan ini penulis fokus
bagaimana peserta didik dalam mendapatkan ilmu pengetahuan dan resikonya yaitu
tinggal kelas.
Banyak
biaya yang dikeluarkan oleh orang tua dari bangun tidur sampai anaknya pulang
sekolah. Biaya transportasi, biaya hidup dan biaya yang tak terduga dari
sekolah bila ada tugas dari sekolah. Namun biaya bukan menjadi halangan bagi
sebagian orang tua karena sebagai makhluk sosial orang tua ingin anaknya
seperti orang lain yaitu mengecap pendidikan dan mendapakatkan ilmu pengetahuan
supaya pintar disemua bidang atau bidang tertentu. Dan bahkan anaknya diikut
sertakan dalam les, kursus, privat untuk memantapkan pelajaran di sekolah.
Semua
biaya yang dikeluarkan oleh orang tua untuk satu kesepakatan kata yaitu anaknya
menjadi pintar, bisa dan mampu dibidang yang dikehendaki. Masalahnya adalah
bagaimana mutu pendidikan yang seharusnya mudah malah menjadi susah diterapkan
dan didapatkan oleh peserta didik.
Sekolah swasta yang dicari
Pada
saat kami serombongan sekolah sma n 1 Dumai studi banding ke sekolah sutomo,
sekolah yang banyak mendapatkan medali olimpiade ipa tingkat nasional dan
internasional; tahun 2012, penulis kagum pada kalimat yang diucapkan oleh kepala sekolah
Sutomo kota Medan.
“anak kami tidak pernah mengikuti les, privat,
atau kursus untuk kelulusan peserta didik di ujian nasional, karena kami sudah
menyeleksi peserta didik dari kelas X (sepuluh). Setiap tahun di setiap kelas x
kami meninggalkan siswa sebanyak sekitar 15 orang dari 40 siswa yang ada ditiap
kelas. Sehingga di kelas XI(sebelas) peserta didik merupakan peserta didik yang
kompeten dibidang mental dan pikiran.
Awalnya kami kehilangan siswa namun lama kelamaan karena sekolah kami
berprestasi (akibat penyaringan sejak kelas X) dihampir segala bidang sekolah
kami selalu dicari orang tua.”
Kepala
sekolah memberikan waktu untuk kami bertanya. Pertanyaan kami adalah: bu,
bagaimana peserta didik berbakat dan pintar di bidang fisika namun lemah
dibidang bahasa Indonesia? Kepala sekolah menjawab pertanyaan kami sederhana
saja.
“setiap
peserta didik punya keahlian yang tidak dimilikinya, jika ahli dan berbakat
dibidang fisika dan lemah dibidang bahasa Indonesia kita tidak toleransi
terhadap kelemahannya. Tidak ada pemaksaan orang yang ahli fisika harus dan
atau dibantu nilainya dibidang lain. Meskipun nilai fisikanya 100 jika nilai
bahasa indonesianya 50 itu adalah konsekuensi yang diterima peserta didik atas
kelemahannya dibidang tersebut.”
Itulah
keyakinan kepala sekolah untuk tetap mempertahankan mutu sekolah dibidang
pengetahuan. Jika peserta didik tidak mampu tidak ada basa basi hak
meninggalkan peserta didik hak sekolah. Tidak ada istilah takut atas keputusan
sekolah. Seperti yang terjadi di Sulawesi tahun 2011.
Fenomena meninggalkan peserta didik
Banyak
faktor ketakutan sekolah untuk membuat keputusan meninggalkan peserta didik,
antara lain:
1.
Peserta didik berprilaku baik, sopan, selalu hadir,
selalu bayar iuran di sekolah dan tidak kriminal serta mematuhi peraturan
sekolah.
2.
Peserta didik ada hubungan kekeluargaan, hubungan
kedinasan dan hubungan jabatan di daerah.
3.
Peserta didik banyak memberikan sumbangan materil di
sekolah. Contoh memberikan bantuan peralatan sekolah, infrastruktur sekolah,
lapangan bola, instrument seni dan bantuan berbentuk memajukan fisik sekolah.
4.
Peserta didik yang tinggal kelas dianggap guru/sekolah
tidak mampu mengajar peserta didik. Sehingga tidak ada keberanian sekolah
meninggalkan peserta didik di kelas lama atau disebut simalakama. Ditinggalkan
artinya gurunya belum benar memberikan pembelajaran. Dinaikkan salah karena
peserta didik tidak pada kapasitasnya dalam hal kemampuan.
Mutu sama dengan sesuai standar bukan asal naik
kelas
Menurut
Philip B. Crosby mendefinisikan mutu sebagai kesesuaian dengan apa yang
disyaratkan atau distandarkan (Conformance to requirement) – sumber: http://aldialbani.blogspot.com/2013/01/teori-kualitasmutu.html#sthash.BaX2ZFIk.dpuf
Semestinya
mutu harus dipertahankan, bukan mempertahankan peserta didik yang tidak sanggup
melanjutkan pembelajaran. Karena banyak peserta didik yang tinggal kelas namun
masa depannya baik. Sebut saja rhenald kasali dulunya tinggal kelas dari kelas
5 menuju kelas 6. Demikian juga andreas raharso, albert einsten, adam khoo
trainer tingkat nasional dari singapura ditolak oleh banyak smp di singapura.
Begitu juga Aristotle Onassis yang sering
mendapat rangking paling bawah di kelas, tinggal kelas dan sekarang menjadi
miliyuner. Bill gates orang terkaya no 1 di dunia 1995-2007 juga pernah di
keluarkan karena tidak sanggup dalam perkuliahan.
Demikian diantara orang yang pernah tinggal
kelas namun dapat kita lihat betapa penting nilai pembelajaran mental dari pada
memberikan nilai dan point tinggi pada peserta didik. Pembelajaran mental dalam
meninggalkan peserta didik adalah memberikan pendidikan bahwa tanggung jawab,
tepat waktu, kejujuran dan berani menanggung resiko merupakan hal mendasar
dalam menjalankan kehidupan ini menuju apa yang dicitakan.
Pendidikan tanggung jawab artinya setiap
perjanjian yang mengandung konsekwensi, pendidikan tepat waktu artinya setiap
persoalan yang didapat dan diberikan hendaknya selesai pada waktu yang
ditentukan. Kejujuran artinya setiap persoalan yang dijalani hadapi dengan
nilai jujur meskipun pahit akibatnya. Dari seluruh bentuk mentalitas tersebut
bernilai resiko, jika salah langkah maka akibatnya mendapatkan nilai rendah dan
akhirnya tinggal kelas. Demikian persoalan yang di hadapi di sekolah dalam
bentuk soal pilihan ganda dan soal esai. Dan jika dalam kehidupan menjadi
persoalan yang tiada henti dihadapi oleh manusia.
Akhirnya sekolah sebagai tempat pendidikan
formal bagi peserta didik harus memberikan pembelajaran mental yang baik dan
benar. Jika peserta didik tidak sanggup menjalankan persoalan dalam bentuk
pertanyaan dan dalam bentuk miniatur kehidupannya maka sekolah harus berani
meninggalkan peserta didik demi masa depannya yang penuh dengan tantangan.
Seperti apa yang dialami oleh tokoh-tokoh yang disebutkan di atas. Karena
pembelajaran mental tokoh-tokoh dunia menjadi hebat hingga abadi sepanjang
masa. Jadilah sekolah yang berani meninggalkan peserta didik, karena tidak
semua peserta didik sanggup seratus persen dalam menjalani persoalan
kehidupannya. Demi menjalani kehidupan yang normal sebaiknya sekolah
mengajarkan bahwa tinggal kelas merupakan bagian pendewasaan menuju perjalanan
panjang peserta didik.
Subscribe to:
Posts (Atom)