aku bicara soal peraturan sekolahku yang sudah lama terabaikan. mengapa aku tertarik membicarakan peraturan? karena jantung sekolah itu terletak dari komitmen dan konsekwensi menjalankan peraturan.
membicarakan peraturan berarti juga membicarakan pengatur. menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI), peraturan adalah tataan (petunjuk, kaidah, ketentuan) yg dibuat untuk mengatur. sementara pengatur adalah orang (badan dsb) yg mengatur; alat untuk mengatur.
dalam sekolahku yang pengatur tentu guru dan tenaga kependidikan. sementara itu yang diatur adalah siswa kemudian yang diikat dalam buku kum (kredit) jika pada point tertentu terpenuhi maka siswa dengan kebijakan kepala sekolah siswa dikeluarkan. di sekolahku poin kum max 30. pertanyaannya bagaimana nasib peraturan dan bagaimana dengan jumlah 30?
apa yang ku lihat dan ku alami adalah sebagian peraturan secara sepakat dalam bentuk tak tertulis sudah diabaikan seperti membawa hp kamera atau hp memori, ikat pinggang, baju kaos oblong warna putih, baju dikeluarkan, sepatu warna hitam kain, mojok atau berpacaran di sekolah.
(antara M.H dan F di atas tangga tgl 2 maret, jam 3 sore)
ada lagi uniknya pada saat kum siswa sudah mencapai 30 atau bahkan lebih, wali kelas mewanti-wanti untuk minta dihapus sebagian point dibuku kum nya. dengan alasan siswa tersebut bersikap baik. apakah menjadi ukuran maaf bagi siswa model itu? atau dalam menegakkan peraturan mengenal istilah maaf? kalau begitu buat aja kesalahan terus minta maaf, buat lagi minta maaf lagi. bagaimana?
menurutku jika peraturan sudah diabaikan itu artinya pemerkosaan institusi, mengkuliti tubuh institusi, kehilangan wibawa institusi, mati surinya institusi, cantik diluar hancur di dalam.
jika institusi mengabaikan peraturan atau sekolah anda terjadi seperti itu ada baiknya menyadarkan kepala sekolah untuk berbuat tegas. bayangkan jika sekolah itu kapal. melihat penumpangnya sembrono dan tidak mengikuti peraturan di kapal... jelas akibatnya kapal itu tenggelam. kematian yang dialami. itu artinya sesungguhnya sekolahku saat itu dalam kematian.
ada 2 pilihan untuk sekolahku:
- jadikan sekolah bebas sehingga output yang diharapkan konsep berpikirnya saja
- jadikan sekolah tertib seperti disiplinnya militer (bukan prilaku militernya tapi metode disiplinnya)
mari buka mata, mari buka telinga, mari buka hati demi bangsa Indonesia yang lebih baik. bravo ketegasan dan kebenaran!