Ini cerita Ferdian
Ondira Asa biasanya dipanggil Roki, Asal Payakumbuh sudah tinggal di Pekanbaru 8
tahun. Pekerjaan sebagai seniman lukis dan mengabdi pada sekolah autis untuk
anak-anak di Pekanbaru. Kini Roki mengabdi di kampus di Kota Padang. Roki menamatkan
ilmu seni lukis di Universitas Negeri Padang, kemudian memberikan ilmu
pengetahuan Lukis kepada seniman lukis di Riau dengan mendirikan Forum Seni
Lukis Riau di Pekanbaru. Roki menamatkan S2 seni pascasarjana Institut Seni
Indonesia Padang Panjang bersama saya tahun 2018 bulan Januari lalu tepatnya
setahun. Anggap saja tulisan ini reunian setahun ya bang…
Saat kami singgah ke rumah orang tuanya di Payakumbuh setahun lalu, kami menanyakan peran orang tua Roki sehingga Roki seperti sekarang - seniman sukses. Bunda Roki menerangkan bahwa Roki yang memberikan peranan besar dalam keluarga, dan kerja. Sampai saat ini dengan ide Roki membuat usaha bisnis papan nama di Payakumbuh dan order papan nama sudah mencapai target kerja. Saya mendengarkan pula pengakuan Roki, orant tuanya mendukung penuh kegiatan melukisnya, tak seperti kebanyakan orang tua yang masih menganggap seni tak “menjanjikan”.
Roki memiliki kemampuan bisnis di bidang seni saat baru
saja menamatkan S1 Seni Rupa di Padang (UNP), merintis dan menjadikan bisnis papan
bunga di kota padang selama 2 tahun di sana.
Akhir Januari 2018, Saya berkesampatan bertamu ke rumah Roki di Panam Pekanbaru, berdiskusi sambil bertemu dengan pemesan karyanya setelah itu saya dibawa keliling di Pekanbaru menceritakan berbagai pengalamannya di Pekanbaru. Katanya, telah berkarir untuk meningkatkan daya seniman lukis dan rasa cinta mengembangkan seni lukis, juga demi kehidupan maka Roki pindah ke pekanbaru 8 tahun yang lalu dari Kota Padang.
Memulai lukis sebagai profesi Roki melukis gambar-gambar
potret kemudian menitipkan karyanya kepada pedagang kaligrafi di kota
Pekanbaru, dan mendirikan stand lukis di depan gapura Universitas Riau.
Perkembangan Bisnis Lukis semakin menjanjikan, permintaan sudah semakin
banyak, dan Roki mendirikan galeri di jalan durian Pekanbaru.
Kualitas adalah jiwa kritis bagi Roki, bekerja sebagai seniman menjadikan
kepuasan bagi dirinya sehingga rasa puas itu harus diukur dengan kualitas.
Untuk mendapatkan kualitas karya seni menurut Roki, jika dari usia anak-anak/remaja
sudah nampak berbakat, sebaiknya sekolah di jurusan seni. Seperti Roki sendiri
S1 dibidang seni lukis, mengambil magister seni karena banyak teknik dan
wawasan seni diajarkan sehingga dapat dikembangkan. Buahnya Roki menjadi dosen
PNS di UNP Padang.
Roki, pada bulan Desember 2016 lalu, demi meningkatkan
ilmu bidang lukis, studi banding ke Yogjakarta menemui seniman terkenal di
Indonesia yang mendunia, namanya Jumaldi Alfi seorang seniman 20 terlaris di
Dunia dalam 500 pelukis terlaris di Dunia, tanda berhasilnya dia dapat membeli
tanah seukuran satu desa di Yogyakarta, dan mendirikan studio seni sekitar 2
hektar.
Roki melanjutkan kisah Jumaldi Alfi.Bahkan ada yang tak
mau menjual tanah kepadanya. Dari hasil pertemuan Roki dengan seniman lukis
terkenal di Yogyakarta ini, Jumaldi Alfi memberikan inspirasi untuk Roki.
Seniman lukis itu royal, berbaik hati kepada masyarakat, jika tanah yang dibeli
oleh seniman tersebut maka orang tak perlu lagi menyewa rumah atas tanah yang
telah dibelinya. Masyarakat merasakan manfaat kehadiran Jumaldi Alfi sebagai
pendiri Kelompok Seni Rupa Jendela Yogyakarta.
Jumadil Alfi yang lahir di Tanah Datar Sumatera
Barat, karya seni dari Jumadi Alfi telah mencapai ratusan juta untuk satu karya
dan karyanya ditunggu. Kini tiap enam bulan jumadi alfi wajib membuat
minimal 2 karya sebagai aturan main dalam komunitas seni lukis dunia,
sehingga wajar terbeli tanah yang banyak di Yogjakarta. Pesan Jumadi Alfi
kepada Roki adalah untuk menjadi besar tidak mudah untuk menjadi besar harus
melalui rintangan berat dan tantangan, sabar dan bermanfaat bagi orang
banyak.
Jiwa petualang Roki mencari guru lukis ini telah pula
diwariskan orang tuanya berpindah-pindah tempat mencari nafkah demi merubah
nasib, kecuali itu tentu belajar dari senior-senior pedagang karena usaha
dagang mereka mempertahankan hidup.
Roki melanjutkan kisah singkatnya dalam pertemuan dengan
pelukis internasional itu. Menjadi seniman tidak perlu begadang. Seniman
tidak perlu bersentuhan dengan narkoba dengan hal-hal yang negatif.
Seorang seniman harus memiliki identitas. Misalkan saat ini karya Roki
memiliki identitas pengambilan gambar seolah-olah dari atas (drone) kemudian
menggunakan tema tikus, saat itu pula kemudian Roki berkarya, semua orang tahu
itu identitas Roki.
Setelah menemui pelukis terkenal 20 terbaik dunia, Roki
berkeinginan menemui pelukis terbaik ke-5 di dunia saat ini yakni Rudi
Mantofani karyanya diharga 1 miliyar yang tinggal Yogyakarta juga, namun nasib
Roki belum beruntung untuk menemuinya dan berdiskusi dengannya karena menemui
Rudi Mantofani ternyata harus audiensi dulu sama seperti menemui para pejabat
negara.
Setidaknya selama sepuluh hari di Yogyakarta menimba ilmu
dengan lingkungan seniman dan dengan senimannya langsung sedikit puas untuk
menginspirasi dalam karya Roki berikutnya.
Roki yang saat ini harga lukisannya sudah mencapai 40
juta rupiah untuk satu lukisan. Telah mampu membeli rumah di Kota Padang dan
properti lainnya. Apa yang ditanamkan oleh orang tuanya dan dukungan penuh dari
orang tuanya kini berbuah manis.
#LiterasiKeluarga
#SahabatKeluarga
No comments:
Post a Comment