ini cerita tentang mendiamkan atau menenangkan anak kecil umur 2,5 tahun yang menangis. cara ini bisa diterapkan pada anak usia sampai dengan 5 tahun. cerita ini saya dapat saat melihat langsung kejadian di dalam mobil travel dari dumai ke sumatera barat.
pembaca, saya bercerita sedikit baru kemudian membahas judul di atas.
saat itu saya dijemput mobil bertipe minibus merek yang tak saya sebutkan. saya naik dan menberikan salam perpisahan kepada dua orang anak saya. memberikan salam perpisahan terasa perpisahan itu lama sekali seperti empat tahun berpisah. sedih, karena masih kuat rasa cinta itu pada anak-anakku tak lah seperti orang-orang yang mau menghabisi nyawa anaknya sendiri atau memukul mental anak. bedebah! kau penghabis nyawa anak-anak, bedebah kau orang pemukul mental anak-anak.
mobil minibus bergerak dari Perumahan masyarakat ke perumahan Bumi Indah Baru. kemudian menjemput penumpang lainnya. lebih dari dua puluh menit baru kemudian berjumpa dengan penumpang yang akan dinaikkan ke minibus. mobil minibus menuju ke kiri dari badan jalan raya perwira dan akhirnya berjumpa dengan penumpang yang dicari.
gambar sumber: sunartoedris.wordpress.com
diamlah!! kalau tak mau diam bunda turunkan kau di sini. kurang ajar kau!! memalukan bunda saja!!. seorang ibu muda berteriak keras di dalam mobil, membuat kami semua di dalam penumpang tak nyaman sambil juga memahami dan memaklumkan. kasihan anak berumur 2, 5 tahun menangis tambah keras. suasana di dalam minibus seperti tak ada orang di mobil itu saking serba salah kami sebagai penumpang yang berjumlah lima orang di dalam mini bus.
anak itu mulai menangis sejak perpisahannya dengan ayahnya saat supir minibus menjemput bunda dan si anak. ayah!! ayah!! anak kecil itu menangis dan berteriak saat meninggalkan ayahnya. si ibu membujuk anaknya dengan berkata bahwa ayah ikut dengan sepeda motor. tak nampak juga si ayah membuat anak menjerit dan menangis di dalam minibus. menangisnya lama sekitar setengah jam saya dan penumpang lain merasakan tangisan si anak itu sampai menjadi beban pikiran. apakah kami sebagai penumpang lain harus terlibat untuk mencarikan solusi anak itu.
diam kau!! begitu keras suara si ibu penumpang itu, dan saya melihat si ibu mencubit si anak malah suara tangisan si anak bertambah keras. aku turunkan kau!! sambil menggendong si anak mengarahkan keluar.
terasa mengerikan adegan si ibu dalam menenangkan si anak yang rasa cinta dan sayangnya berlebih pada ayahnya. heran dan dilema kami sebagai penumpang merasakan keadaan ini. tapi hebatnya si anak berangsur-angsur diam dan tangisan yang tertahan dan terisak-isak perlahan diam.
begitulah salah satu cara mendiamkan anak dengan cara keras dan terpaksa.
cara yang kedua dengan lembut bisa dengan cara memberikan makan, tidak membohongi anak, minta tolong dengan si anak bahwa kita dalam perjalanan malu dengan orang-orang, tolong bantu ibu, ucapan itu yang sering diucapkan kepada anak.
dengan cara kekerasan bisa membuat penyakit mental dan berbahaya untuk masa depan anak. melihat orang tua sebagai momok melihat perempuan momok untuk dilihatnya. bisa jadi suatu saat dia balas dendam untuk memuaskan hatinya banyak kisah ini di kisahkan kembali di dalam film buatan Indonesia dan film Korea.
No comments:
Post a Comment