Tuesday, December 29, 2015

Teman Lombok: Indonesia Yang Bersahabat (2)

Kapal titanic akan tenggelam, semua orang panic ingin mencari keselamatan untuk diri sendiri dan atau untuk orang lain. Memegang tonggak kapal sembari tepekik-pekik dengan emosi yang memuncak. Agama sangat difungsikan untuk mengingat tuhan, meminta tolong kepada tuhan, meminta ampun kepada tuhan, mengingat dosa pada tuhan. Ada pula yang mengingat kenangan dan segala memori indah masa lalu. Ada juga yang meminta hidup karena ada cita-citanya yang belum terwujud.
Itulah film yang saya tonton saat masih Sekolah menengah, kira-kira delapan belas tahun lalu. Saat itu saya tinggal di pasar Kelapa kota Dumai. Tempat yang membuat lingkungan menjadi kasar, putus sekolah dan berbahaya buat anak-anak; karena merusak mental edukasi. Namun orang tua saya  masi mencari nafkah sampai saat ini dari tahun 80-an meskipun sudah pindah rumah di bukittimah kota Dumai.
Bicara soal kapal yang akan tenggelam mengingat saya akan teman Lombok pada beberapa hari lalu di Singapura, katanya ingin berbuat terbaik bagi bangsa Indonesia dengan cara menolong. Bagaimana filosofi menolong? jika sanggup seluruhnya tolonglah orang seisi kapal. Jika tidak bisa setengah orang di kapal, jika tidak bisa seperempat orang di kapal. Atau semampu kita menolong. Tidak mampu menolong se-Indonesia, se-Propinsi, se-Kabupaten/kota, se-kecamatan, se-kelurahan, se-RT. Jika tak mampu menolong; tolonglah satu keluarga,
Kata teman Lombok: apa yang bisa saya tolong saat tinggal  di luar negeri? salah satunya  bisa membawa keluarga/teman ke luar negeri. symbol anak bangsa pergi ke luar negeri adalah symbol percaya diri, tepatnya menambah kepercayaan diri bagi anak bangsa dalam pergaulan. Pun dalam menambah wawasan dan pengetahuan. Orang-orang pergi ke luar negeri adalah orang yang “buta” terhadap suatu lokasi di Negara yang dikunjungi. Meskipun teknologi canggih, tetap saja ada kesalahan/tersesat pada orang yang baru mengunjungi daerah di luar negeri itulah pengalaman kami keesokan tanpa teman Lombok. Karena waktu itu kami ingin mandiri pula naik mrt.
Orang-orang yang tersesat/salah pada lingkungan baru di luar negeri itu yang disebut tenggelam di tengah lautan didalam kapal. Setidaknya bisa menolong orang terdekat dengan kita, pada saat kita dalam keadaan aman, merupakan kebaikan, kebermanfaatan dan kemanusiaan bagi peradaban yang mulia.
Saya termasuk orang tersesat di negeri asing yang jika berjalan, langkahnya besar-besar. Jika berbicara banyak menggunakan bahasa inggris. Jika kita belanja relative mahal. Dan pada saat saya buta di negeri orang, saya dibantu oleh teman Lombok.
Waktu itu saya baru sampai di Singapura sekitar 18.35 waktu setempat, 25 Desember 2015, kami di jemput di depan pintu pelabuhan singapura. Teman Lombok menyambut kami dengan rasa persahabatan seperti kawan lama dan terasa supel. Kami di bawa langsung ke mesin pembelian tiket mrt, agak susah menggunakan uang manager perjalananku (istri saya). Karena susah, teman Lombok menggunakan uangnya sepertinya uang orang yang tinggal di singapura berlaku. Masing-masing kami mendapatkan tiket mrt. semua jadi lancar untuk bisa berurusan dengan transportasi ke rumahnya.
Dari mesin tiket mrt keluar seperti kartu bergambar dari kertas, kemudian kartu itu ditempelkan ke scanner mesin penjaga tiket. Cara kerja kartu itu supaya orang yang memiliki kartu bisa lewat di pintu selebar badan manusia. Saat kartu di scan pintu akan terbuka. Pintu itu pun tersistem, berapa kali boleh terbuka sesuai permintaan yang kita lakukan di mesin pembelian tiket mrt. Apa yang dilakukan teman lombok, kami hanya diam dan berpikir sambil setelah itu mendengarkan penjelasan tentang keadaaan di singapura dan tentang keadaan sepanjang jalan yang kami tempuh di sekitar menuju mrt. Kalau tak salah kami dua kali naik mrt dari pelabuhan singapura ke jurong east 13 tempat dia tinggal.
Apa yang saya lihat sepanjang perjalanan menuju ke rumah teman Lombok di singapura adalah sikap bekerja sesuai waktu, budaya antrean, memberi kesempatan kepada yang lemah, berbahasa English sejak usia anak-anak.
Kami sampai di stasiun jurong east. Tiket mrt di scan kembali untuk bisa keluar dari stasiun jurong east. Kami di bawa turun dengan eskalator yang curam ke bawah, tinggi dan berbahaya buat anak-anak kami; dan harus kami pegang erat-erat putra putri kami. Sampai kami di bawah kami disarankan teman Lombok untuk membeli makan malam yaitu makan chicken rise termurah di singapura seharga 2 dolar singapura sebanyak lima bungkus. Nasi itu rasaya seperti nasi uduk di Indonesia, secuil potongan ayam goreng, dengan rasa yang cukup sederhana tapi masih bergizi lah.
Dari stasiun mrt jurong east kami berjalan kaki, sekira setengah kilo meter kami berjalan. Sepanjang jalan kami melihat budaya orang singapura, jika lampu merah meskipun tidak ada orang menggunakan jalan, mereka tetap patuh dengan lampu merah, tetap berhenti baik kendaraan bermotor maupun pejalan kaki.
Sampailah kami di block 102, kami akan menuju lantai 5 nomor 152 dengan menggunakan lift, kami pun dengan segera di lantai 5 sedikit berjalan sampai pula di nomor 152 di rumah sewa teman Lombok.
Kami di sambut dengan sikap “welcome”, bersahabat, bersahaja, dan kooperatif dalam memberikan bantuan informasi berada di rumah sewa seharga 24 juta rupiah sebulan. Berapa gaji teman Lombok sebagai dosen di singapura? Saya segan menanyakan sampai saat ini.
Sekarang jam 11.27 malam waktu Indonesia bagian barat, 29 Desember 2015 Saat saya tulis tulisan ini saya  belum rehat padahal baru sampai dari Melaka sekitar tujuh jam lalu. Melaka merupakan destinasi wisata liburan kami yang di mulai Dumai-Batam-Singapura-Johor Bahru-Kuala lumpur-Melaka. Semuanya satu malam tiap daerah yang kami lalui.
 Jika tulisan ini tidak di tulis mungkin saja terlupakan untuk di tulis.  Mata sudah capek seperti diskusi kami di rumah teman Lombok, sampai saatnya teman Lombok mengakhiri diskusi Inspiratif dengan mematikan lampu untuk menyuruhku rehat.
Tulisan ini saya akhiri dengan kata bahwa teman Lombok sudah membuktikan sebagai Indonesia yang bersahabat. Mau berbagi penginapan gratis buat orang Indonesia, mau berbagi pengalaman,  berbagi waktu, berbagi internet, berbagi media untuk mengabadikan kegiatan kami di merlion disebabkan low battery handphone kami, berbagi ilmu, berbagi sarapan, makan dan minum, mau dibuat susah dan mau menerima tamu.

Dengan segera saya kirim pesan pada kick Andy untuk dijadikan hero ala kick andy. surat elektronik ke kemendikbud dan kemenristek dikti akan saya buat dengan segera semoga menjadi perhatian pula buat tipikal dosen seperti teman Lombok ini. Bisa saja suatu saat di luar negeri ada perkumpulan rumah inap buat wni yang singgah di luar dengan biaya pemerintah. Bisa jadi dimulai dari pendidik, sampai seluruh wni di luar negeri agar wni di luar nyaman berada di negeri orang. Banyak cara menyelamatkan orang dari “tragedy kapal titanic”  salah satu cara yang dilakukan oleh teman Lombok. Semoga cara yang dilakukan teman Lombok kepada kami sekeluarga  menjadi salah satu jalan menuju surge. Amien.

Wednesday, December 23, 2015

Teman Lombok: Indonesia yang bersahabat

Kapal titanic akan tenggelam, semua orang panic ingin mencari keselamatan untuk diri sendiri dan atau untuk orang lain. Memegang tonggak kapal sembari tepekik-pekik dengan emosi yang memuncak. Agama sangat difungsikan untuk mengingat tuhan, meminta tolong kepada tuhan, meminta ampun kepada tuhan, mengingat dosa pada tuhan. Ada pula yang mengingat kenangan dan segala memori indah masa lalu. Ada juga yang meminta hidup karena ada cita-citanya yang belum terwujud.
Itulah film yang saya tonton saat masih Sekolah menengah, kira-kira delapan belas tahun lalu. Saat itu saya tinggal di pasar Kelapa kota Dumai. Tempat yang membuat lingkungan menjadi kasar, putus sekolah dan berbahaya buat anak-anak; karena merusak mental edukasi. Namun orang tua saya  masi mencari nafkah sampai saat ini dari tahun 80-an meskipun sudah pindah rumah di bukittimah kota Dumai.
Bicara soal kapal yang akan tenggelam mengingat saya akan teman Lombok pada beberapa hari lalu di Singapura, katanya ingin berbuat terbaik bagi bangsa Indonesia dengan cara menolong. Bagaimana filosofi menolong? jika sanggup seluruhnya tolonglah orang seisi kapal. Jika tidak bisa setengah orang di kapal, jika tidak bisa seperempat orang di kapal. Atau semampu kita menolong. Tidak mampu menolong se-Indonesia, se-Propinsi, se-Kabupaten/kota, se-kecamatan, se-kelurahan, se-RT. Jika tak mampu menolong; tolonglah satu keluarga,
Kata teman Lombok: apa yang bisa saya tolong saat tinggal  di luar negeri? salah satunya  bisa membawa keluarga/teman ke luar negeri. symbol anak bangsa pergi ke luar negeri adalah symbol percaya diri, tepatnya menambah kepercayaan diri bagi anak bangsa dalam pergaulan. Pun dalam menambah wawasan dan pengetahuan. Orang-orang pergi ke luar negeri adalah orang yang “buta” terhadap suatu lokasi di Negara yang dikunjungi. Meskipun teknologi canggih, tetap saja ada kesalahan/tersesat pada orang yang baru mengunjungi daerah di luar negeri itulah pengalaman kami keesokan tanpa teman Lombok. Karena waktu itu kami ingin mandiri pula naik mrt.
Orang-orang yang tersesat/salah pada lingkungan baru di luar negeri itu yang disebut tenggelam di tengah lautan didalam kapal. Setidaknya bisa menolong orang terdekat dengan kita, pada saat kita dalam keadaan aman, merupakan kebaikan, kebermanfaatan dan kemanusiaan bagi peradaban yang mulia.
Saya termasuk orang tersesat di negeri asing yang jika berjalan, langkahnya besar-besar. Jika berbicara banyak menggunakan bahasa inggris. Jika kita belanja relative mahal. Dan pada saat saya buta di negeri orang, saya dibantu oleh teman Lombok.
Waktu itu saya baru sampai di Singapura sekitar 18.35 waktu setempat, 25 Desember 2015, kami di jemput di depan pintu pelabuhan singapura. Teman Lombok menyambut kami dengan rasa persahabatan seperti kawan lama dan terasa supel. Kami di bawa langsung ke mesin pembelian tiket mrt, agak susah menggunakan uang manager perjalananku (istri saya). Karena susah, teman Lombok menggunakan uangnya sepertinya uang orang yang tinggal di singapura berlaku. Masing-masing kami mendapatkan tiket mrt. semua jadi lancar untuk bisa berurusan dengan transportasi ke rumahnya.
Dari mesin tiket mrt keluar seperti kartu bergambar dari kertas, kemudian kartu itu ditempelkan ke scanner mesin penjaga tiket. Cara kerja kartu itu supaya orang yang memiliki kartu bisa lewat di pintu selebar badan manusia. Saat kartu di scan pintu akan terbuka. Pintu itu pun tersistem, berapa kali boleh terbuka sesuai permintaan yang kita lakukan di mesin pembelian tiket mrt. Apa yang dilakukan teman lombok, kami hanya diam dan berpikir sambil setelah itu mendengarkan penjelasan tentang keadaaan di singapura dan tentang keadaan sepanjang jalan yang kami tempuh di sekitar menuju mrt. Kalau tak salah kami dua kali naik mrt dari pelabuhan singapura ke jurong east 13 tempat dia tinggal.
Apa yang saya lihat sepanjang perjalanan menuju ke rumah teman Lombok di singapura adalah sikap bekerja sesuai waktu, budaya antrean, memberi kesempatan kepada yang lemah, berbahasa English sejak usia anak-anak.
Kami sampai di stasiun jurong east. Tiket mrt di scan kembali untuk bisa keluar dari stasiun jurong east. Kami di bawa turun dengan eskalator yang curam ke bawah, tinggi dan berbahaya buat anak-anak kami; dan harus kami pegang erat-erat putra putri kami. Sampai kami di bawah kami disarankan teman Lombok untuk membeli makan malam yaitu makan chicken rise termurah di singapura seharga 2 dolar singapura sebanyak lima bungkus. Nasi itu rasaya seperti nasi uduk di Indonesia, secuil potongan ayam goreng, dengan rasa yang cukup sederhana tapi masih bergizi lah.
Dari stasiun mrt jurong east kami berjalan kaki, sekira setengah kilo meter kami berjalan. Sepanjang jalan kami melihat budaya orang singapura, jika lampu merah meskipun tidak ada orang menggunakan jalan, mereka tetap patuh dengan lampu merah, tetap berhenti baik kendaraan bermotor maupun pejalan kaki.
Sampailah kami di block 102, kami akan menuju lantai 5 nomor 152 dengan menggunakan lift, kami pun dengan segera di lantai 5 sedikit berjalan sampai pula di nomor 152 di rumah sewa teman Lombok.
Kami di sambut dengan sikap “welcome”, bersahabat, bersahaja, dan kooperatif dalam memberikan bantuan informasi berada di rumah sewa seharga 24 juta rupiah sebulan. Berapa gaji teman Lombok sebagai dosen di singapura? Saya segan menanyakan sampai saat ini.
Sekarang jam 11.27 malam waktu Indonesia bagian barat, 29 Desember 2015 Saat saya tulis tulisan ini saya  belum rehat padahal baru sampai dari Melaka sekitar tujuh jam lalu. Melaka merupakan destinasi wisata liburan kami yang di mulai Dumai-Batam-Singapura-Johor Bahru-Kuala lumpur-Melaka. Semuanya satu malam tiap daerah yang kami lalui.
 Jika tulisan ini tidak di tulis mungkin saja terlupakan untuk di tulis.  Mata sudah capek seperti diskusi kami di rumah teman Lombok, sampai saatnya teman Lombok mengakhiri diskusi Inspiratif dengan mematikan lampu untuk menyuruhku rehat.
Tulisan ini saya akhiri dengan kata bahwa teman Lombok sudah membuktikan sebagai Indonesia yang bersahabat. Mau berbagi penginapan gratis buat orang Indonesia, mau berbagi pengalaman,  berbagi waktu, berbagi internet, berbagi media untuk mengabadikan kegiatan kami di merlion disebabkan low battery handphone kami, berbagi ilmu, berbagi sarapan, makan dan minum, mau dibuat susah dan mau menerima tamu.

Dengan segera saya kirim pesan pada kick Andy untuk dijadikan hero ala kick andy. surat elektronik ke kemendikbud dan kemenristek dikti akan saya buat dengan segera semoga menjadi perhatian pula buat tipikal dosen seperti teman Lombok ini. Bisa saja suatu saat di luar negeri ada perkumpulan rumah inap buat wni yang singgah di luar dengan biaya pemerintah. Bisa jadi dimulai dari pendidik, sampai seluruh wni di luar negeri agar wni di luar nyaman berada di negeri orang. Banyak cara menyelamatkan orang dari “tragedy kapal titanic”  salah satu cara yang dilakukan oleh teman Lombok. Semoga cara yang dilakukan teman Lombok kepada kami sekeluarga  menjadi salah satu jalan menuju surge. Amien.

Monday, December 21, 2015

moved room again

today i moved music room.  this is fourth. I moved because the demand principals who repeatedly asked to be moved room . I do not want to because the room that would be rendered smaller than the music room yesterday . 

whereas a standard room for 30 people that yes the room yesterday but I still receive requests for the principal reason that the music room for the national exam with online computer system


Saturday, December 19, 2015

it is time for waiting task of student - menanti tugas siswa

every time last examination, i busy menage of score all student. and i know it is not make revolution at study. it is about competion in school dumai city. it is about regulation in school dumai a specially in binaan khusus dumai city.

a teacher always focus to student, but school  not have give solution, for example: a student nothing interest to study, why is he to compulsion?. if he compulsion to study, i think it is many lost time give space to lost energy.

anytime i hope change in my education of dumai city. i hope change on  education: honesty, clear, efective. and full gadget or IT.

nothing student lie to manage home work. if you don't difficult. don't study. because study is prison for peopple succes.