Tuesday, November 14, 2017

Bentuk Kepahlawanan Perusahaan Besar


Kita berhutang budi atas kedatangan perusahaan besar di negeri ini. Perusahaan itu sebut saja dibidang pertambangan, perminyakan, perkebunan dan seterusnya. Kehadirannya mentransformasi bentuk artefak budaya yang primitif menjadi sederhana bahkan luar biasa. Transformasi bentuk budaya dari primitif - sederhana - luar biasa terdapat pada Jalan Raya Penghubung kabupaten/kota dengan daerah lain seluruh nusantara. Meskipun awalnya jalan raya yang dibangun penuh tendensi ekonomi dan biaya produksi perusahaan namun kemudian masyarakat disekitar perusahaan menikmati fungsi jalan raya yang dibangun.

Ambil saja contoh eksistensi perusahaan perminyakan di Riau yang multifungsi bagi nasional. Kehadirannya menambah pemasukan APBN, menyerap tenaga kerja massal, menggerakkan ekonomi, mencerdaskan warga setempat dengan mendirikan sekolah dan membangun infrastruktur salah - satunya Jalan raya. Tahun 1960an jalan raya Dumai menuju Pekanbaru hanya jalan yang dilapisi dengan minyak aspal, yang terekam adalah saat hujan transportasi umum, pribadi maupun transportasi  perusahaan terpuruk dan terhenti - meluncur turun apalagi di pendakian. namun kemudian usaha perusahaan minyak di Riau telah mampu mentransformasi jalan minyak aspal menjadi

Aspal hotmix.  Perjalanan keberadaan perusahaaan besar di Riau semakin terasa saat memangkas jarak Dumai ke Medan. Semula rutenya melewati Pekanbaru, Bukittinggi, Lubuk Sikaping kemudian akhirnya masuk ke kota Medan. Kehadiran perusahaan perminyakan memudahkan masyarakat dengan merintis jalan hingga aspal hotmix dari Dumai menuju Medan via Rokan Hilir, Baganbatu, Rantauprapat, Kisaran, dan terakhir kota Medan tentu memangkas waktu dan biaya dua kali lipat. Inilah bentuk kepahlawanan perusahaan besar di negeri kita Indonesia.

Sekali lagi kita berhutang budi atas kehadiran perusahaan di atas kelebihan dan kekurangan perusahaan itu sendiri. Pada momentum hari pahlawan 10 nobember ini selayaknya kita sebut perusahaan besar adalah pahlawan mengubah pola hidup masyarakat dari primitif - sederhana - luar biasa. Siklus ini terasa dalam pengalaman pendahulu kita. Primitif dari masyarakat yang tinggal di hutan berpindah-berpindah kemudian memiliki tempat tinggal permanen dan mengalami proses pendidikan guna mencipta artefak budaya yang modern hingga postmodern.

Perusahaan minyak yang membangun peradaban nasional salah - satunya ada di kota Dumai. Kehadirannya membangun unsur-unsur budaya dan membangun peradaban budaya ke mata dunia.  Perusahaan minyak asing telah ada pada tahun 1958 mendirikan pelabuhan minyak di kota Dumai yang selesai 1959. Kilang perusahaan minyak dalam negeri dibangun 1969 dan diresmikan presiden RI pada 8 September 1971. Kehadirannya perusahaan besar menjadi pahlawan bagi masyarakat demikan pula didirikan Sekolah Menengah Atas (SMA 1 Dumai) di lingkungan perumahan perusahaan minyak di kota Dumai.

Jejak pendirian perusahaan minyak di Dumai ternyata meninggalkan PR yang belum usai. Yang muncul ke pemukaan adalah Jalan Abdul Rabkhan KM 4 Kelurahan Bukittimah  Menuju SMA tersebut di atas sepanjang sekira 5 Km belum juga diaspal. Ironis jika pipa minyak dari Rokan Hilir, dan dari  Duri berdampingan dengan jalan KM 4 Jl. Abdul Rabkhan - SMA sejak dibuat jalan ini tahun 1959 sampai 2017 belum diaspal. Jalan masih berbentuk tanah kuning, masih aspal minyak seperti tahun 1950an bahkan lebih parah dari awal pembentukannya. Efek parahnya jalan ini, warga menuju ke SMA terpaksa menempuh jalan yang lebih jauh dua kalinya. Saat hujan berlumpur dan berkubang saat panas jalan penuh debu.

Diketahui memang usaha kearah peradaban penghubung jalan menuju SMA telah sering dilakukan. Itu dilakukan tiap tahun kemudian berita mengapung pula tiap tahun. Jalan ini pula menjadi komoditas politik tiap pemilu. Saat pemilu Walikota, calon walikota berjanji menuntaskan jalan ini. Pemilu DPRD, ramai-ramai calon Dewan meninjau jalan Abdul Rabkhan dan memberi janji tahun depan jalan akan diaspal. Begitu terus dan muncul teori tahun depan ala elit politik dan ala perusahaan besar. Saat pemilu presiden, tim sukses dan relawan berjanji mengaspal jalan ini. Pada saat pemilu gubernur, calon gubernur blusukan melihat fakta namun apapun nama pemilunya alhasil jalan Pomroy berubah jalan Siak Sri Indrapura dan sekarang jalan Abdul Rabkhan tetap saja berasa jalan tahun 1950an.

Dari gambaran ini kita harus mengingatkan semua pihak  terutama perusahaan minyak yang ada di kota Dumai bahwa insfrastruktur dasar seperti jalan penghubung menuju layanan publik dan pendidikan layak diperhatikan dan diprioritaskan sebagai simbol peradaban. Caranya dimulai mengaspal berangsur-angsur tiap tahun 200 meter tiap tahun, yakin seharusnya sudah lama masyarakat menikmati jalan menuju SMA sudah Dirasakan.

Tentu dengan kepahlawanan yang ditanam perusahaan minyak akan menjadi catatan sejarah peradaban budaya bagi masyarakat mengingat perusahaan minyak asing meninggalkan Indonesia tahun 2021. Selamat hari pahlawan, terimakasih menanam nilai kepahlawanan melalui bentuk artefak yang dirasakan dan kami mengingatkan PR yang harus dituntaskan "Jalan Abdul Rabkhan KM 4 menuju SMA 1 Dumai.

Monday, November 13, 2017

Tabuik: Bukan Syiah



Dumai. Artefak itu digoyangkan dengan kencang, sekira delapan orang menggoncangkan artefak yang disebut tabuik. Warna yang cerah dan tinggi sekira 8 meter. Simbol pada tabuik buraq, malaikat, awan dan pengiring. Goyangan ini disebut pula hoyak.  Orang Pariaman sebagai wilayah pelilik kebudayaan ini menyebutnya oyak tabuik. Oyak tabuik Gerakan Pemuda Pariaman (GEMPAR) begitu semangat disaat matahari memanas di jalan raya Sudirman depan kantor polres kota Dumai saat itu 15 Ok 2017 pukul 09.58 Wib.

Menurut Dr. Asril Muchtar dalam bukunya Sejarah Tabuik telah ada di Pariaman dibawa oleh bangsa Cipahi (sipai) dari Bengkulu yang sebelumnya dari India. Orang India berkulit hitam ini konon keturunan Natsal sebagai pengawal Husain. Ketika itu perang karbala fan Husain terbunuh. Perang ini disebut pula sebagai pembantaian karena 128 orang berbanding ribuan. seseorang yang dipercaya Husain Cucu Nabi Muhammmad SAW bernama Natsal mengambil intan di ikat pinggang lemudian Rasul turun ke bumi dan menampar Natsal kemudian muka Natsal menghitam dan inilah suku sipai yang diyakini pembawa Tabuik ke Pariaman. Burak dirancang sebagai hewan rekaan yang mampu mengangkat dan membawa terbang semua unsur dan ornamentasi Tabuik yang terdapat pada pangkek ateh (pangkat di atas), yakni puncak Tabuik, gomaik, bungo salapan, biliak-biliak, jantuang-jantuang, salapah, dan pasu-pasu.

5 hari sebelum pertunjukan tabuik di kota Dumai yang pro kontra antara mayarakat Pariaman di kota Dumai dengan Majlis Ulama Indonesia kota Dumai (MUI).  Masyarakat Pariaman di Dumai sepakat menjadikan ajang pelantikan Gempar 2017-2022 diisi dengan pertunjukan tabuik. Sementara MUI akan mengeluarkan fatwa melarang karena didesak anggota masyarakat lain yang menyatakan tabuik adalah syiah. Informasi ini penulis dapatkan di Masjid Al-Muhajirin Bukit Datuk, kota Dumai.
Atas pro-kontra ini penulis mewancarai Dr. Asril Muchtar via telp, Berdasarkan wawancara dengan beliau hasil yang diperoleh bahwa benar dulu  tahun 1800an Bengkulu mengenang jasa Husain cucu nabi, membuat pertunjukan seni disebut Tabot. Merupakan artefak yang berbentuk gendang besar dipukul untuk menghimpun suasana meratapi Husain dan memukul-mukul dada. Inilah yang disebut dengan syiah sebagai bentuk duka mendalam terhadap Husain. Setelah penjajahan Inggris meninggalkan Bengkulu maka sipai sebagai pekerja dari penjajah Inggris pindah ke Pariaman yang kemudian membawa Tabot ke Pariaman. Tabot dinamai Tabuik oleh orang Pariaman dengan artefak yang berbeda dan menjadi tabuik seperti pada gambar. Namun tabuik ditolak karena mengandung ajaran syiah. Lama sekali sekitar 70 tahun baru tabuik diterima oleh masyarakat Pariaman telah dipelajari dan telah dihilangkan ajaran syiah. Selesai wawancara penulis menganarkan ke bagian fatwa MUI Dumai.



Sama halnya yang dikatakan Asril Muchtar, S.Kar, M.Hum dalam artikel ilmiah Perayaan Tabuik dan Tabot: Jejak Ritual Keagamaan Islam Syi’ah di Pesisir Barat Sumatra pada jurnal Humaniora Universitas Gajahmada th 2015 memgatakan  pemitosan pada  tabuik
Adapun mitos tabuik Pariaman dilukiskan oleh Nasrul Syam, tuo tabuik (tokoh Tabuik Pariaman) sebagai berikut.
“Setelah Husain terbunuh dengan kondisi tubuh dicincang oleh pasukan Yazid bin Muawiyah, tiba-tiba datanglah sebuah arak-arakan dari langit yang terdiri dari para malaikat dan buraq, dengan membawa ornamen dan wewangian dari surga. Setelah arak-arakan itu mendarat di lokasi Husain terbunuh, para malaikat memasukkan bagian tubuh Husain ke dalam peti yang ada di punggung buraq, dan selanjutnya arak-arakan itu lepas landas menuju langit. Dalam perjalanan menuju langit, para malaikat mencium adanya bau manusia dalam rombongan tersebut, rupanya mereka prajurit Husain yang selamat yang berasal dari Cipahi (Keling) bergantung pada arak-arakan itu, dan ia memohon kepada malaikat agar ikut bersama jenazah Husain, tetapi malaikat tidak mengizinkannya. Kemudian malaikat itu memberikan nasehat agar orang Cipai itu dapat melaksanakan arak-arakan tersebut seperti yang dilihatnya, dan arak-arakan itulah kini yang disebut dengan tabuik”(Wawancara: 2012).

Pukul 10.37 Minggu, 15 Oktober 2017. Walikota Dumai bersama rombongan dan wakil Bupati Pariaman beserta rombongan keluar dari mobil dinas disambut dengan tari pasambahan kemudian meresmikan pertunjukan tabuik yang akan diarak ke taman bukit gelangggang Dumai sekira 2 km dari Polres Dumai. Di depan pak Wali lagi-lagi tabuik dioyak dengan penuh semangat diiringi dengan bunyi gemuruh gandang tasa (seperti snare drum).
Peran gandang tasa dan alat perkusi lainnya membuat susana cemerlang bukan membuat kesedihan sebagaimana dulunya peringatan ini sebagai tanda kesedihan mendalam pada Husain. Simbol peperangan tidak ada lagi. Menepuk-menepuk dada tidak ada lagi. Yang ada simbol kesenangan, kegembiraan. Tidak ada lagi syiah yang dulu menapak di Bengkulu. Tanda peperangan sudah diganti dengan joget bebas  para pemuda Gempar. Bagi perantau Pariaman sebagai pengobat rindu pada daerahnya, bagi warga Dumai dan turis sebagai event  budaya.



Daftar rujukan:
Khanizar.(2004). “Dekonstruksi Estetika Postmodernisme: Membaca Wacana Idealitas Estetis Upacara Tabuik di Pariaman Sumatra Barat”. Jurnal Bheri Jurnal Ilmiah Musik Nusantara Vol. 3 No.1, hlm. 65-78.
_______. (2005). "Upacara Tabuik di Pariaman, Sumatra Barat: Analisis MelaluiTeoriDekonstruksi dan Wacana Estetika Postmodernisme". Tesis S2 Universitas Udayana, Denpasar.

Muchtar, Asril. (2002). “Pertunjukan Gandang Tambua dalam Upacara Ritual Tabuik di Pariaman Sumatera Barat”. Tesis S2 Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
____________. (2005). “Gandang Tambua: Musik Pembangkit Semangat ‘Heroik’ dan‘Patriotik’.dalam Upacara Tabuik di Pariaman, Sumatra Barat”. Jurnal Panggung STSI Bandung, No. XXXVII, hlm. 67-74.
____________. (2008). “Upacara Tabuik dalam Sosial Budaya Masyarakat Pariaman: Keberlangsungan dan Perubahannya”. Laporan penelitian, Padangpanjang: STSI Padangpanjang.
_____________. (2013). "Perayaan Tabuik dan Tabot: Jejak Ritual Keagamaan Islam Syiah di Pesisir Barat Sumatra". Dalam Jurnal Panggung ISBI Bandung: Vol. 23. No.3. Hal. 309 - 320
_____________. (2015). "Peran Gandang Tasa dalam Membangun Semangat dan Suasana pada    Pertunjukan Tabuik di Pariaman". Dalam Jurnal Humaniora UGM Yogyakarta: Vol. 27. No.1. Hal. 067-080


______________. (2016)."Tabuik: Pertunjukan Budaya Hibrid Masyarakat Kota Pariaman, Sumatra Barat" Disertasi S3 Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Muhctar, Asril et al, (2016). "Sejarah Tabuik".  Pariaman: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Pariaman. Cetakan kedua.

http://www.mediaindonesia.com/index.php/news/read/74622/tabuik-pentas-akulturasi-pariaman/2016-10-30 dilihat 17 Okt 2017